Takdir Hidup
Cuaca
cerah menyambut pagi yang indah ini. Kicauan burung dan matahari yang menyinari
tidak henti – hentinya bergembira. Lain halnya dengan Angel. Yah, Angel
namanya. Seorang yang ditinggal oleh kedua orangnya karena hal yang mengenaskan
itu. Peristiwa itu membuat Angel selalu menutup dirinya. Memilih bungkam dan
berdiam itulah yang dilakukannya 2 tahun belakangan ini.
Dahulu
Angel adalah anak yang periang. Ia tidak pernah lupa tersenyum kepada semua
orang yang ia temui. Banyak orang yang menyayanginya dan memberikan kasih
sayang. Ia bahagia akan itu. Sayangnya sekarang hidupnya serasa ditimpa batu
yang keras. Setelah kedua orang tuanya meninggal di dalam kecelakaan pesawat
itu, ia menjadi berubah. Angel yang dulu bukanlah Angel yang sekarang. Ia
selalu menyendiri, bahkan ia menutup diri dari orang – orang. Ia merasa bahwa
dunia tidak adil baginya.
Berbagai
cara dilakukan agar Angel kembali menjadi seorang yang periang, tetapi
sayangnya tidak ada yang pernah berhasil meyakinkan Angel. Ia seperti orang yang
sakit sekarang. Aku sebagai teman baiknya merasa tidak sepantasnya ia seperti
itu. Pilu dan pedih selalu menyelimutiku apabila melihat keadaan Angel
sekarang. Teman sebangkuku sekarang kosong karena Angel tidak pernah kembali
bersekolah lagi. Aku terus bertanya – Tanya di dalam hati kenapa orang sebaik
Angel bisa mendapat musibah seperti itu.
Suatu
hari aku memberanikan diri untuk menemui Angel dirumahnya. Rasa rindu padanya
begitu meluap ketika aku menginjakan kaki di depan rumahnya. Selain itu banyak
pertanyaan yang tergiang di otakku. Apa yang akan ia lakukan ketika ia
melihatku? Apa ia akan marah kepadaku? Atau ia memilih diam sambil melihat ke
arahku. Aku memberanikan diri untuk memencet bel rumahnya. Terlihat Mbok Ina
pembantu kepercayaan keluarga Angel membukakan pintu kepadaku. Sudah lama aku
tidak melihatnya. Ia terlihat sudah menua. Keriput mulai menyelimuti mukanya
yang terlihat suntuk.
Mbok Ina
mempersilahkan aku untuk masuk ke dalam. Ia selalu menyambutku dengan ramah.
Kemudian aku melangkahkan kakiku ke dalam rumah itu. Rumah yang besar dan
tertatah rapi. Tidak lama aku melangkah, terlihat seseorang duduk di pojok
tangga dengan muka ketakutan. Tubuhnya yang kurus dan mukanya yang pucat
seperti tidak terurus. Aku sangat kaget melihatnya. Ia terlihat seperti orang yang sakit parah. Ternyata
itu Angel. Angel temanku yang kusayang, Ia terlihat seperti tidak mengenaliku.
Aku tahu ia begitu sedih, tetapi mengapa sampai seperti ini keadaannya?
Aku
mencoba mendekatinya dan berbicara kepadanya. Sayangnya, Angel mencoba menjauh
sebisa mungkin. Ia tidak mengenaliku, teman sebangkunya yang selalu ada di
sisinya. Aku bertanya kepada Mbok Ina akan kondisi Angel yang semakin parah
ini. Sejak saat itu kuputuskan untuk setiap hari mendatangi Angel dan membantu
memulihkan dia dengan kasih sayang yang aku punya sebagai teman baiknya. Aku
yakin Angel akan kembali pulih, tentunya dengan kesabaran dan waktu yang
relative tidak singkat.
Angel
bukanlah orang yang gila, ia hanya seorang korban dari kenyataan takdir yang
menyakitkan. Ia hanya belum siap untuk menerima kenyataan bahwa orang yang
disayanginya telah tiada untuk selamanya. Waktu tidak terhenti, ia akan terus
berjalan. Cepat atau lambat semua orang akan tiada. Tidak ada yang bisa
disalahkan, itulah takdir hidup. Siap atau tidak , mau atau tidak ia tidak
dapat memberikan pilihan.
Calvina Adrilia
0 comments: